Jumat, 14 Oktober 2016

MAKALAH EPILEPSI

BAB I
PENDAHULAN

A.      Latar Belakang Masalah
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekolompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi. Perubahan-perubahan di dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraselular, voltage-gated ion-channel opening, dan menguatkan sinkroni neuron sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan perambatan aktivitas bangkitan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion didalam ruang ekstraselular dan intraselular, dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion menerobos membran neuron.
Meskipun epilepsi sudah sejak lama dikenal di kalangan penduduk di seluruh Indonesia, yaitu sebagai penyakit ayan, pengertian tentang penyakit tersebut masih sangat kurang, sehingga para penderita belum mendapat perhatian atau pengobatan selayaknya. Epilepsi masih dianggap sebagai suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan yang disebabkan oleh kekuatan gaib, gangguan jiwa atau oleh faktor-faktor seperti belajar terlampau banyak, keadaan sedih, emosi, guna-guna dan sebagainya. Pada umumnya juga belum diketahui, bahwa epilepsi tidak hanya bersifat serangan kejang seluruh badan disertai kehilangan kesadaran, akan tetapi dapat menjelma sebagai bermacam serangan.
B.       Definisi Masalah
Factor pemicu keluhan            :  Main game di komputer
Keluhan utama                        :  Kejang disertai tidak sadar ± 3 menit

Riwayat Penyakit                    :
1.  Kejang saat demam umur < 1 tahun
2.  Sering pingsan saat upacara dan olahraga, saat SD.
3.  Pernah kejang sebelum keluhan utama
C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan saraf dalam mencapai kompetensi .
                                                                                                                                   






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
 Epilepsi berasal dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal dengan penyakit ayan, adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala biasanya disertai perubahan kesadaran. Otak kita terdiri dari jutaan sel saraf (neuron), yang bertugas mengoordinasikan semua aktivitas tubuh kita termasuk perasaan, penglihatan, berpikir, menggerakkan otot.
Pada penderita ayan, kadang-kadang sinyal-sinyal tersebut, tidak beraktivitas sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai unsur-unsur, antara lain ; trauma kepala (pernah mengalami cedera di daerah kepala), tumor otak, dan lain sebagainya.

B.     Penyebab Epilepsi
Umumnya ayan mungkin disebabkan oleh kerusakan otak/kekurangan osigen dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke, tumor otak, alcohol,juga karena penggunaan obat antikonvulsi secara mendadak . Kadang-kadang, ayan mungkin juga karena genetika, tapi ayan bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.

C.    Jenis Epilepsi
1.    Serangan Luas (grand mal, petit mal, abscence) pada mana sebagian besar otak terlibat.
a.       Grand Mal Bercirikan kejang kaku bersamaan dengan kejutan-kejutan ritmis dari anggota badan dan hilangnya kesadaran diawali perasaan alamat khusus (aura) hilangnya tonus menyebabkan penderita terjatuh , berkejang hebat, dan otot-ototnya menjadi kaku. Fase Tonis ini berlangsung kira-kira 1 menit kemudian di susul oleh Fase klonis  dengan kejang – kejang dari kaki-tangan, rahang dan muka. Serangan yang berkisar 1 dan 2 menit yang disusul dengan keadaan pingsan kemudian sadar kembali dengan perasaan kacau serta depresi.

b.      Petit mal bercirikan serangan yang hanya singkat sekali, antara beberapa detik sampai setengah menit dengan penurunan kesadaran ringan tanpa kejang-kejang. Gejalanya berupa keadaan termangu-mangu (pikiran kosong;kehilangan kesadaran dan respons sesaat),muka pucat, pembicaraan terpotong-potong atau mendadak berhenti bergerak, terutama anak-anak.
2.    Serangan Parsial (sebagian) pada mana pelepasan muatan listrik hanya terbatas sampai sebagian otak.
3.    Parsial (epilepsi psikomotor), umumnya berlangsung hilang kesadaran hanya menurun untuk sebagian sebagian tanpa hilangnya ingatan.
D.    Gejala
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena.
Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami dejavu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.
 Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.  Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
 Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi.
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik Abnormal di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi.
 Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun.Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal. Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.
Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas.Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa meninggal.
 Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena :
a.  Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu
b.  Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya
c.  Lobus parietalis Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu
d. Lobus temporalis Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks misalnya berjalan berputar-putar
e.  Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium
f.   Lobus temporalis anterior sebelah dalam Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan.
E.     Penanganan
Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah. Keluarga penderita hendaknya dilatih untuk membantu penderita jika terjadi serangan epilepsi.
Langkah yang penting adalah menjaga agar penderita tidak terjatuh, melonggarkan pakaiannya (terutama di daerah leher) dan memasang bantal di bawah kepala penderita.
Jika penderita tidak sadarkan diri, sebaiknya posisinya dimiringkan agar lebih mudah bernafas dan tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-benar sadar dan bisa bergerak secara normal.
Jika ditemukan kelainan otak yang terbatas, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat serat-serat saraf yang menghubungkan kedua sisi otak (korpus kalosum).
Pembedahan dilakukan jika obat tidak berhasil mengatasi epilepsi atau efek sampingnya tidak dapat ditoleransi.

F.     Pengobatan
Antiepileptika adalah obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsi berkat khasiat antikonvulsinya, yakni meredakan konvulsi (kejang klonus hebat). Semua obat antikonvulsi memiliki masa paruh panjang, dieliminasi dengan lambat dan berkumulasi dalam tubuh pada penggunaan kronis.
Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal l, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu. Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan.  Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan.  Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan.
 Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak menyebabkan hiperaktivitas.
1.    Obat Generasi Pertama
- Barbital           : Memiliki sifat antikonvulsif khusus yang terlepas dari sifat hipnotiknya.
-Fenitoin            : Struktur kimia mirip dengan barbital, tetapi dengan cincin-lima      hidantoin (grandmal)
-Suksinimida     : Etosuksimida dan mesuksimida. Memiliki kesamaan dalam susunan gugus cincinya dengan fenitoin (petitmal).
-lainya               : Asam valproat, diazepam, klonazepam, karbamazepin.

2.    Obat Generasi Kedua
Vigabatrin, lamotrigin, dan Gabapentin, Felbamat, Topiramat, Pregabalin.. Umumnya obat ini tidak diberikan tunggal sebagai monoterapi melainkan sebagai tambahan dalam kombinasi dengan obat klasik(generasi ke1).
No
Generik
Dagang
Pabrik
1.


2.


3.
FenitoinNatrium / Difenilhidantoin Natrium (Phenytoin Natricum)
Karbamazepin (Karbamazepinum)

Klonazepam (clonazepamum)
Dilantin
Phenilep

Tegretol
Teril

Rivotril
Pfizer
Prafa

Novartis
Merk

Roche
G.    Pantangan Penyakit Epilepsi
Manusia memerlukan makan dan minum untuk menjaga kelangsungan hidupnya, namun ini menjadi berbanding terbalik jika seseorang sedang mengidap suatu penyakit. Menjauhi makanan yang dipantangkan adalah suatu keharusan untuk menghindari semakin parahnya suatu penyakit yang sedang diderita. Seperti contohnya menghindari beberapa Pantangan Penyakit Epilepsi yang harus benar-benar menjadi perhatian. Oleh karena itu jangan sampai Penyakit Epilepsi yang diderita semakin parah dan menyulitkan anda sendiri dalam upaya pengobatannya.
Penyakit Epilepsi memang suatu penyakit yang sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan seseorang menderita dalam jangka panjang. Penyakit Epilepsi itu sendiri adalah suatu penyakit yang mengganggu terhadap syaraf otak yang menimbulkan serangan mendadak tak beralasan. Penyakit Epilepsi ini juga dapat mengakibatkan komplikasi jangka panjang yang cukup serius, untuk itu perlu dipahami mengenai peraturan obat serta menghindari beberapa faktor pencetus untuk mencegah terjadinya kejang-kejang yang dapat mengakibatkan seseora kehilangan kesadarannya.
Ada beberapa makanan-makanan yang harus dihindari oleh para penderita Penyakit Epilepsi, yang diantaranya adalah :
a.       Hindari biji-bijian dan kacang-kacangan. Karena biji-bijian mengandung karbohidrat yang sangat tinggi ,untuk penderita epilepsi asupan karbohidrat tinggi agak kurang baik, sehingga perlu penghindaran.
b.      Hindari makanan yang mengandung glutamin dan asam amino (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan,oat,gandum) Glutamin dan asam amino ini dapat menyebabkan epilepsi, sehingga jika penderita epilesi mengonsumsi makanan yang banyak mengandung kedua zat ini maka epilepsi akan segera kambuh.
c.       Hindari makanan jeroan (hati ayam, usus, empedu, dada ayam),
d.      Hindari makanan yang berlemak (ayam goreng, gazi sapi/ayam, soto, kuning telur)
e.       Hindari makanan seafood (udang, kepiting, lopster, ikan laut,dll
BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
1.    Pengertian: Epilepsi berasal dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal dengan penyakit ayan, adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala biasanya disertai perubahan kesadaran.
2.    Penyebab : disebabkan oleh kerusakan otak/kekurangan osigen dalam proses kelahiran, luka kepala, stroke, tumor otak, alcohol,juga karena penggunaan obat antikonvulsi secara mendadak.
B.     Saran
Ada beberapa makanan-makanan yang harus dihindari oleh para penderita Penyakit Epilepsi, yang diantaranya adalah :
1.      Hindari biji-bijian dan kacang-kacangan. Karena biji-bijian mengandung karbohidrat yang sangat tinggi ,untuk penderita epilepsi asupan karbohidrat tinggi agak kurang baik, sehingga perlu penghindaran.
2.      Hindari makanan yang mengandung glutamin dan asam amino (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan,oat,gandum) Glutamin dan asam amino ini dapat menyebabkan epilepsi, sehingga jika penderita epilesi mengonsumsi makanan yang banyak mengandung kedua zat ini maka epilepsi akan segera kambuh.
3.      Hindari makanan jeroan (hati ayam, usus, empedu, dada ayam),
4.      Hindari makanan yang berlemak (ayam goreng, gazi sapi/ayam, soto, kuning telur)
5.      Hindari makanan seafood (udang, kepiting, lopster, ikan laut,dll)


Daftar Pustaka

Drs.Tan Hoan Tjay.2006.Obat-obat Penting.PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.Jakarta

            Mary J. Mycek,Richard A. Harvey,Pamela C. Champe.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2.Widya Medika.Jakarta


KESENIAN KUDA LUMPING

Assalamualaikum. sobat,
Sadarkah sobat, pada saat ini tradisi dan kesenian yang Indonesia miliki semakin terkikis oleh perkembangan zaman. tidak hanya perilaku dan gaya hidup yang semakin meniru kehidupan masa kini yang konon katanya supaya bisa up to date, juga pengaruh sosial media yang semakin hari semakin menjadi. banyak sekali kebudayaan Indonesia yang saat ini hilang entah kemana. dan anehnya bangsa ini merasa santai santai saja. tidak ada rasa kehilangan bahkan greget untuk menjaga kelestarian budaya Indonesia. barulah ketika budaya kita diklaim oleh orang luar negri kita mulai bicara. dan itu terkesan mengaku ngaku. walaupun aslinya yaa itu merupakan budaya dari kita sendiri.Okke sobat. kali ini NURE KECE menghidangkan suguhan bagi kalian yang mau melestarikan budaya. salah satunya kesenian KUDA LUMPING.
kesenian tersebut masih dijaga oleh warga dukuh Brobahan, Desa Bongas, Kec Watukumpul, Kab Pemalang.


thanks for watcing, don't forget to like coment and subcribe.
https://www.youtube.com/channel/UC5-yhJArC95DaO4FH6w9hXQ

TEORI KEPERAWATAN MENURUT VIRGINIA HENDERSON

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
          Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai “penolong individu, saat sakit atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan untuk kesehatan, pemulihan , atau kematian yang damai dan individu akan dapat melakukannya sendiri jika mereka mempunyai kakuatan, keinginan, atau pengetahuan”(Harmer dan Henderson, 1955; Henderson, 1996). Proses keperawatan mencoba melakukan hal tersebut dan tujuannya adalah kebebasan. Henderson dalam teorinya mengategorikan empat belas kebutuhan dasar semua orang dan mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup klien berikut ini : fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual, dan perkembangan. Bersama perawat dan klien bekerjasama untuk mendapatkan semua kebutuhan dan mencampai tujuannya, tujuan keperawatan menurut Virginia Henderson 1955 bekerja secara bebas dengan pekerja pelayan kesehatan lainnya (Tomey dan Alligood, 2006), membantu klien mendapatkan kekuatannya lagi. Dan latar belakang untuk praktik menurut Henderson yaitu perawat membantu klien melaksanakan empat belas dasar kebutuhan Henderson, 1966.
         Model konsep keperawatan dijelasakan oleh Virginia Henderson adalah model konsep aktivitas sehari-hari dengan memberikan gambaran tugas perawat yaitu mengkaji individu baik yang sakit ataupun sehat dengan memberikan dukungan kepada kesehatan, penyembuhan serta agar meninggal dengan damai.
   Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada keyakinan dan nilai yang dimilikinya diantaranya : pertama, manusia akan mengalami perkembangan mulai dari pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang kehidupan; kedua, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri pada dewasa yang dapat dipengaruhi oleh polah asuh, lingkungan dan kesehatan; ketiga, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari individu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok diantaranya terhambat dalam melakukan aktivitas, belum dapat melaksanakan aktivitas dan tidak dapat melakukan aktivitas.

B.  Perumusan Masalah
  1. Apa definisi teori keperawatan menurut Virginia Henderson ?
  2. Bagaimana model keperawatan menurut Virginia Henderson ?
3.      Apa hubungan antara model dengan paradigma keperawatan ?
  1. Apa saja konsep utama teori Virginia Henderson ?

C.      Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menetahui :
  Definisi teori keperawatan menurut Virginia Henderson
  Model keperawatan menurut Virginia Henderson
  Hubungan antara model dengan paradigma keperawatan
  Macam-macam konsep utama teori Virginia Henderson
  Tujuan dari keperawatan menurut Virginia Henderson

Dapat meningkatkan pengetahuan tentang teori keperawatan menurut Virginia Henderson. Serta menambah bahwa pentingnya mempelajari teori ini untuk melaksanakan praktik keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Teori Keperawatan Virginia Henderson
Virginia Henderson lahir di Kansas City, Missouri pada 1897. Ia tertarik dengan keperawatan selama Perang Dunia I karena keinginannya untuk membantu personel militer yang sakit atau terluka. Pada tahun 1918, ia belajar keperawatan di Sekolah Perawat Militer di Washington, D.C. dan lulus pada 1921. Kemudian, ia meraih gelar B.S. dan M.A. di bidang pendidikan keperawatan tahun 1926. Sejak 1953, ia menjadi asosiet riset di Yale UniversitySchool of Nursing. Ia menerima gelar Honorary Doctoral dari Catholic University of America, Pace University, University of Rochester, University of Western Ontario, dan Yale University. Bukunya yang di publikasikan antara lain The Nature of Nursing (1960), Basic Principles of Nursing Care (1960), dan The Principles and Practice of Nursing (1939).

B.  Definisi Keperawatan Menurut Virginia Henderson
Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing (definisi keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untuk itu. Di samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Actifities of Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.

C. Model Keperawatan Virginia Henderson
Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting yang telah memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Ia membuat model konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan mulai mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup berbeda dari profesi lain dalam layanan kesehatan dalam hal kinerja. Pertanyaan ini merupakan hal yang penting sampai 1950-an, perawat lebih sering melakuakan instruksi dokter. Virginia Henderson adalah orang pertama yang mencarifungsi unik dalam keperawatan. Pada saat ia menulis pada 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negatif dan positif dari praktik keperawatan pada masa itu. Hal tersebut mencakup:
  Autoritarian dan struktur hierarki di rumah sakit
  Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik semata
  Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu
  Adanya keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di Amerika Serikat di berbagai bidang layanan kesehatan
Selain keinginan untuk menemukan fungsi unik dari kaperawatan, perubahan sosial tidak diragukan lagi memainkan peranan besar dalam perkembangan pandangan dan ide-idenya. Sebagai contoh, bukanlah suatu kebetulan bahwa ilmi perilaku memiliki pengaruh besar pada pandangan dan pendapat kita tentang masyarakat pada 1960-an. Oleh karena itu inisiatifnya diarahkan pada memberikan perhatian lebih pada aspek-aspek psikososial dari perawatan pasien. Virginia Henderson diminta untuk mempublikasikan model konseptual oleh International Council of Nurses (ICN).
Konstribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi keperawatan berikut yang saat ini menjadi definisi yang sudah diterima secara umum :
“Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, sehat atau sakit, dalam hal memberikan kesehatan atau pemulihan (kematian yang damai) yang dapat ia lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan. Dan melakukannya dengan cara tersebut dapat membantunya mendapatkan kemandirian secepat mungkin.”
Henderson sangat dipengaruhi oleh Edward Thorndyke, yang banyak melakukan penelitian dalam bidang kebutuhan manusia. Berdasarkan teori-teori Thorndyke dan definisinya sendiri tentang keperawatan, Henderson memberi tugas keperawatan menjadi empat belas jenis tugas yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembagian asuhan keperawatan menjadi empat belas kebutuhan manusia ini menjadi pilar dari model keperawatannya. Ia menyatakan bahwa :
  Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang harus dipenuhi
  Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien sebanyak mungkin
Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi seseorang untuk menempatkan diri pada posisi pasien, dan kalaupun memungkinkan hal tersebut tidak selalu pas. Pada situasi ini kebutuhan pasien sulit untuk dipenuhi.
Ketika Henderson berbicara mengenai kebutuhan, ia merujuk pada semua kebutuhan dasar dari setiap manusia. Agar perawat dapat membantu pasien memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, diperlukan asuhan keperawatan dasar. Oleh karena itu Henderson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada setiap situasi keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah :
  Rumah sakit umum
  Rumah sakit jiwa
    Institusi untuk penderita cacat mental
    Rumah perawatan
    Keperawatan distrik
  Perawatan di rumah
Jadi menurut Henderson, lapangan kerja perawat tidak terbatas hanya di rumah sakit umum. Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan. Dalam modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode skematik untuk pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasi hal-hal berikut :
o   Urutan aktifitas yang harus dilakukan
o   Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
o     Perubahan-perubahan yang harus dibuat
Kita dapat meringkas prinsip-prinsip dasar dari model Henderson sebagai berikut :
o   Fungsi unik dari keperawatan
o    Upaya pasien ke arah kemandirian
o   Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar
o   Perencanaan asuhan yang akan diberikan
Prinsip-prinsip dasar tersebut menandai era baru bagi keperawatan. Perawat menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era baru ketika profesi mulai menelaah sifat aktual dari kerja keperawatan secara lebih kritis dari sebelumnya. Komitmen menuju kemandirian dan autonomi pada pasien juga menandai era baru tersebut. Sebelumnya, terdapat kecenderungan bagi perawat untuk mencoba melakukan semuanya bagi pasien. Penggunaan kerangka kerja berdasarkan kebutuhan untuk membimbing pemberian asuhan dan terutama penekanan pada kebutuhan untuk merencanakan asuhan merupakan prinsip yang sama pentingnya, karena menandai mulainya perawat berpikir secara konstruktif tentang pekerjaannya.
Secara umum, aktifitas keperawatan harus didukung atau ditentukan oleh tindakan terapeutik dari dokter.

D.                 Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan

  Manusia
Individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan: jiwa dan raga adalah satu kesatuan. Lebih lanjut lagi, indifidu dan keluarganya dipandang sebagai unit tunggal. Setiap manusia harus berupaya untuk memepertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional.

  Lingkungan
Henderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan kondisi yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.

  Sehat dan Sakit
Sehat adalah kualitas hidup tertentu, yang oleh Henderson dihubungkan dengan kemandirian. Karakteristik utama dari sakit, adalah ketergantungan dan berbagai tingkat inkapasitas individu (sekarang pasien) untuk memuaskan kebutuhan manusianya. Menganggap bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah ketergantungan dapat dipandang sebagai simplifikasi. Dapat juga dikatakan bahwa sakit adalah keterbatasan kemandirian.

  Keperawatan
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit atau sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah untuk membantu individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkin. Namun demikian, keputusan Henderson untuk meningkatkan kemandirian dan hanya melakukan sesuatu untuk pasien jika ia tidak dapat melakukannya sendiri tidak disetujui oleh profesi sebagai prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson menjelaskannya lebih lanjut.

E.  Konsep Utama Teori Henderson
Konsep utama dalam teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan.

   Manusia.
     Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan.


Ke 14  kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut: 
1.      Bernapas secara normal
2.      Makan dan minum dengan cukup.
3.        Membuang kotoran tubuh.
4.      Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
5.      Tidur dan istirahat.
6.      Memilih pakaian yang sesuai.
7.      Menjaga suhu tubuh tetab dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan.
8.      Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta serta melindungi integumen.
9.      Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
10.  Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
11.  Beribadah sesuai dengan keyakinan.
12.  Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
13.  Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
14.  Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.

        Ke empatbelas kebutuhan dasar manudia di atas dapat di klarifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1-9 termasuk komponen kebutuhan biologis, poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis, poin 11 termasuk kebutuhan spiritual, dan komponen 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis.
        Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit).
 

 Menurut Henderson, keempatbelas kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus asuhan keperawatandipengaruhi oleh :
         Usia
         Kondisi emosional (mood dan temperamen)
         Latar belakang sosial dan budaya
   Kondisi fisik dan mental, termasuk : berat badan; kemampuan dan ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan lokomotif; status mental.

Keperawatan.
       Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik dalamkeadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia (14 komponen di atas). Untuk menjalankan fungsinya, perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosial.

  Kesehatan.
    Sehat adalah kualitas hidupyang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila mereka memiliki kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup.

Lingkungan.
     Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan:
  1. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebut.
  2. Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
  3. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan.
  4. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar dalam memberikan resep.
  5. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-saran tentang konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
  6. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk memperkirakan adanya bahaya.
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan klien. Menurut Henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan, mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
         Perawat sebagai pengganti (subtitute) bagi pasien.
         Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
         Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi pasienyang gawat, perawat berperan sebagai pengganti (subtitute) di dalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau kamauan pasien yang berkurang. Di sini perawat berfungsi untuk “melengkapinya”. Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase pemulihan, perawat berperan sebagai penolong (helper) untuk menolong atau membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian ini sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, parawat berusaha keras saling bergantung demi mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien. Meski diagnosisnya berbeda, setiap pasien memiliki kebituhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasiberdasarkan kondisi patologis dan faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta kekuatan fisik dan intelektual.
     Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Henderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter  memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat adalah membantu pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter. Rencana perawatan yang dirumuskan oleh perawat dan pasien harus dijalankan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rencana pengobatan yang ditentukanoleh dokter. Hubungan perawat-pasien-dokter menurut Henderson dapat digambarkan sebagai berikut.

F.     Tujuan Keperawatan Menurut Henderson
Dari penjelasan tersebut tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh Handerson adalah untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Dimana pasien merupakan mahluk sempurna yang dipandang sebagai komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang mempunyai empat belas kebutuhan dasar.(Aplikasi model konseptual keperawatan, Meidiana D). Menurut Handerson peran perawat adalah menyempurnakan dan membantu mencapai kemampuan untuk mempertahankan atau memperoleh kemandirian dalam memenuhi empat belas kebutuhan dasar pasien. Factor menurunnya kekuatan, kemauan dan pengetahuan adalah penyebab kesulitan pasien dalam memperoleh kemandiriannya. Untuk itu diperlukan fokus intervensi yaitu mengurangi penyebab dimana pola intervensinya adalah mengembalikan, menyempurnakan, melengkapi, menambah, menguatkan kekuatan, kemauan, dan pengetahuan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep keperawatan yang dirumuskan oleh Virginia Henderson dalam definisinya tentang teori keperawatan dan empat belas komponen asuhan keperawatan dasar, tidak rumit dan cukup jelas. Oleh karena itu, dapat digunakan sebagai panduan untuk praktik keperawatan oleh sebagian besar perawat tanpa kesulitan. Banyak idenya disajikan dan digunakan di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara berkembang untuk memandu kurikulum keperawatan dan praktek. Hal ini divalidasi oleh permintaan untuk publikasi ICN, yang pada 1972 berada di cetakan ketujuh.
Jika saran dapat dibuat untuk meningkatkan konsep keperawatan Henderson, itu adalah penggabungan teori. Sebagai contoh, akan menarik untuk melihat bagaimana holisme atau teori sistem umum menjelaskan hubungan antara komponen asuhan keperawatan dasar. Konfirmasi dari ada tidaknya daftar komponen yang diprioritaskan diperlukan untuk memperjelas apa yang perawat harus dilakukan jika masalah yang diajukan adalah selain fisik.
       Mengingat waktu di mana Henderoson dipublikasikan kepada definisi keperawatan, ia pantas banyak mendapat pujian sebagai pemimpin dalam pengembangan praktik keperawatan, pendidikan, dan, lisensi. Karyanya harus dianggap sebagai awal dan dorongan bagi perawat mengejar gelar akademis tertinggi. Ini sangat penting untuk analisis praktik keperawatan dan untuk mengidentifikasi dan menguji teori dasar untuk perawatan pasien.

3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang teori-teori keperawatan yang lain. Setelah mengetahui pengetahuan tentang teori keperawatan menurut Virginia Henderson yang telah diuraikan dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami teori ini, karena teori ini juga sangat penting bagi perawat untuk menjelenkan praktik keperawatan. 

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, Ns. S. Kep. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Basford, Lynn dan Slevin, Oliver. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokterran ECG.

Si Torus, DR. Ratna S. Kp, M. App, Sc. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Harmer, B., & Henderson, V. A. 1955. Buku dari prinsip dan praktik keperawatan. New York:Macmillan.