Langsung ke konten utama

PENYAKIT KRONIK



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Penyakit kronis : Suatu penyakit yang perjalanan penyakitnya berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan : Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Perawatan psikososial: Meskipun obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia, perawatan psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini, Anda akan melakukan beberapa hal, seperti berikut:
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis seperti penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.
Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi penyakitnya.
 Obat-obatan : Pengobatan dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan obat-obatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan untuk mengobati penyakit ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter otak dopamin dan serotonin.
Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan dari penderitanya. Bila si penderita merupakan pribadi yang tidak disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan memberikan obat dengan cara disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering dilupakan.
Selain itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan melakukan pengobatan awal dengan memberikan obat penenang, seperti benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana obat tersebut dapat dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang dapat Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:
·         Obat konvesional atau tipikal dan obat antipsikotik
     Jenis obat ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi untuk mengembangkan gangguan pada gerakan (tardive dyskinesia). Beberapa macam dari jenis obat ini, antara lain Chlorpromazine, Fluphenazine, Haloperidol (Haldol), dan Perphenazine. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan obat antipsikotik yang dapat mengontrol tanda dan gejala dari penyakit skizofrenia dengan dosis serendah mungkin.
·         Obat antipsikotik atipikal
      Ini merupakan jenis obat baru yang juga digunakan untuk mengatasi penyakit skizofrenia. Obat ini juga lebih banyak disukai karena memiliki risiko efek samping yang ditimbulkan lebih rendah daripada obat konvensional. Efek samping dari jenis obat ini antara lain menambah berat badan, menimbulkan penyakit diabetes, dan kolestrol darah menjadi tinggi. Ada beberapa macam obat antipsikotik atipikal, misalnya Aripiprazole (Abilify), Clozapine (Clozaril, Fazaclo ODT), Olanzapine (Zyprexa), dan masih banyak lagi.
Dengan melakukan pengobatan dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat Anda kelola dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek samping yang serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
A.    Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan pengertian dari penyakit kronis dan ketidakmampuan ?
2.      Menjelaskan ruang lingkup penyakit kronis dan ketidakmampuan ?
3.      Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronis dan ketidakmampuan ?
4.      Menjelaskan cara pengobatan  penyakit kronis dan ketidak mampuan?
5.      Menjelaskan apa yang mempengaruhi penyakit kronis dan ketidakmampuan ?
B.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pegertian penyakit kronis dan ketidakmampuan.
2.      Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit kronis dan ketidakmampuan.
3.      Untuk mengetahu tanda dan gejala penyakit kronis dan ketidakmampuan.
4.      Untuk mengetahui faktor penyebab pernyakit kronis dan ketidakmampuan.
5.      Untuk mengetahui ruang lingkup penyakit kronis dan ketidakmampuan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PENYAKIT KRONIS DAN KETIDAKMAMPUAN
1.      Penyakit kronis
Suatu penyakit yang perjalanan penyakitnya berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis
2.      Ketidakmampuan/ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

B.     SIFAT PENYAKIT KRONIK (WRISHT+LE/AHEY,1987)
1.      Progres
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.
Contoh : penyakit jantung.
2.      Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu.
     Contoh: penyakit diabetes melitus.
3.      Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda.
Contoh: penyakit arthritis

C.    DAMPAK PENYAKIT KRONIK TERHADAP KLIEN
1.      Dampak psikologis : Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku sebagai berikut:
a.       Klien menjadi pasif
b.      Tergantung
c.       Kekanak-kanakan
d.      Merasa tidak aman
e.       Bingung
f.       Merasa menderita
2.      Dampak somatik
Dampak somatik adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya.
Contoh : DM adanya TRIAS P’
3.      Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien  terhadap fungsi seksual)
4.      Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan sosial dapat terganggu baik secara total atau sebagian.

D.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN
1.      Persepsi klien terhadap situasi
2.      Beratnya penyakit
3.      Tersedianya support sosial
4.      Temperamen dan kepribadian
5.      Sikap dan tindakan lingkungan
6.      Tersedianya fasilitas kesehatan

E.     RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRONIK
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-SIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan meliputi respon kehilangan.
1.      Kehilangan kesehatan
Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktifitasnya terbatas.

2.      Kehilangan kemandirian
Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan.
3.      Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya.
4.      Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll.
5.      Kehilangan fungsi fisik
Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa.
6.      Kehilangan fungsi mental
Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisien sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional.
7.      Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya.
Hal ini akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri menjadi rendah.
8.      Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

F.     PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRONIK
1.      Dinamika individu
a.       Protes dan pengingkaran
Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan.
“mengapa kejadian ini menimpa saya?”
Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.
b.      Depresi cemas dan marah
Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul
Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya.
“bagaimana mengatasi masalah ini?”
Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya harapan.
Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas.

c.       Pelepasan dan reinvestasi
Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya.
Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita.
2.      Dinamika keluarga
Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi.
3.      Dinamika lingkungan
Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal.
G.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN PENYAKIT KRONIK
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian terhadap klien
Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1)         Respon emosi klien terahadap diagnosa
2)         Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3)         Upaya klien dalam mengatasi situasi
4)         Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan
5)         Persepsi dan harapan klien
6)         Kemampuan mengingat masa lalu.
b.    Pengkajian keluarga
Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi.

 Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1)         Respon keluarga terhadap klien
2)         Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya.
3)         Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4)         Kapasitas dan sistem pendukung yang ada.
5)         Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6)         Proses pengambilan keputusan
7)         Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi.
c.       Pengkajian lingkungan
1)         Sumberdaya yang ada.
2)         Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3)         Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4)         Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja.
2.      Respon perawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta.
3.      Analisa diri perawat
Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi.
Contoh :
Ø  Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan.
Ø  Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis.
Ø  Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga.

4.      Diagnosa keperawatan
a.       Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan.
b.      Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan.
c.       Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan
d.      Ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
e.       Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
f.       Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual.
5.      Perencanaan
Ø  Tujuan :
a.          Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan.
b.         Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
c.          Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas
d.         Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini.
e.          Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual.
Ø  Intervensi terhadap klien
a.          Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi.
b.         Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif
c.          Berikan informasi secara benar dan jujur
d.         Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
e.          Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya.
f.          Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan.
Ø  Intervensi terhadap keluarga
a.          Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya.
b.         Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas
c.          Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan klien
d.         Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien
e.          Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien
g.         Optimalkan sumber daya yang ada
h.         Beri informasi tentang penyakit ynag jelas
i.           Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan
j.           Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan kondisi.


Ø  Ketidakberdayaan
1.         Pengkajian
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah
Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi
a.          Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
b.         Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
c.          Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan
d.         Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
e.          Apatis, pasif
f.          Ekspresi muka murung.
g.         Bicara dan gerakan lambat
h.         Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
i.           Tidur berlebihan
k.         Menghindari orang lain.
2.      Diagnosa keperawatan
Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa keperawatan dapat dirumuskan :
Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberdayaan.
3.      Rencana tindakan keperawatan
Tujuan umum :
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri
Tujuan khusus :
Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat
Tindakan :
a.       Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat empati.
b.      Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya, rasa marah, frustasi dan simpati)
c.       Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif
d.      Beri waktu untuk pasien berespons.
4.      Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi
Tindakan :
a.       Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien
b.      Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi
c.       Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaanya
d.      Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol
e.       Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan
5.      Pasien dapat memodifikasi pola kognitif negatif
Tindakan :
a.        Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan
b.        Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkannyamelalui interupsai atau substitusi
c.        Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
d.       Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasie. Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional.
f.         Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya
g.        Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi.
6.      Pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perwatannya.
Tindakan :
a.        Libatkan pasien dalam menetapkan tujuamn-tujuan perawatannya yang ingin dicapai
b.        Motivasi pasien untuk mem buat jadwal aktifitas perawatan dirinya
c.        Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
d.       Berikan “reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat
e.        Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus
f.         Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan sehari-hari.
7.      Pasien dapat termotivasi aktif untuk mencapai tujuan yang realistis
Tindakan :
a.       Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistic. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu
b.      Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya
c.       Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penilaian positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.
d.      Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan perasaan ketidakberdayaan.
8.      Catatan perkembangan atau evaluasi
Ø  Klien mulai merasa nyaman jika berada didekat orang lain
Ø  Klien bisa bergaul tanpa rasa malu dan takut
Ø  Klien mampu menunjukkan koping yang baik
Ø  Klien mampu mengungkapkan perasaan dan bisa bertukar pikirang.
Ø  Klien mengatakan merasa segar dan nyaman
Ø  Klien mampu menjaga kebersihan dirinya















BAB III

PENUTUP

A.       Kesimpulan
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. Respon klien dalam kondisi kroni sansgat tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda.
Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien kronis. Orang yang telah lama hidup sendiri, menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien dengan penyakit kronis sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau  tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
B.        Saran
1.     Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi kronis, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
2.     Ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.








DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002 .Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Herdman, Heather. 2010. Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional. Jakarta: EGC

Read more:  http://texbuk.blogspot.com /2011/06/ asuhan-keperawatan-klien-penyakit_01.html#ixzz2MethITeU

http://texbuk.blogspot.com/2011/06/ asuhan-keperawatan-klien-penyakit_01.html
























Komentar

Postingan populer dari blog ini

bagaimana solusi jika pada exel pengaturan File Block di Microsoft Excel mencegah Anda menyimpan file dalam format tertentu

  Pesan tersebut muncul karena pengaturan File Block di Microsoft Excel mencegah Anda menyimpan file dalam format tertentu. Berikut langkah untuk mengatasinya: 1. Buka Trust Center: Klik File di menu utama Excel. Pilih Options. Di jendela Excel Options, pilih Trust Center di bagian kiri. Klik tombol Trust Center Settings. 2. Atur File Block Settings: Di jendela Trust Center, pilih File Block Settings. Cari jenis file yang sedang Anda gunakan (misalnya "Excel 2007 and later Workbooks and Templates"). Hilangkan centang pada opsi Open dan Save. Klik OK. 3. Restart Excel: Tutup dan buka kembali Excel untuk memastikan pengaturan diterapkan. 4. Coba Simpan Ulang: Setelah pengaturan diperbaiki, coba simpan file Anda lagi. Jika masalah tetap ada, pastikan Anda memiliki izin penuh untuk mengedit file dan simpan ke format alternatif, seperti *.xlsx atau *.xlsm.

MAKALAH EPILEPSI

BAB I PENDAHULAN A.       Latar Belakang Masalah Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekolompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi. Perubahan-perubahan di dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraselular, voltage-gated ion-channel opening, dan menguatkan sinkroni neuron sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan perambatan aktivitas bangkitan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion didalam ruang ekstraselular dan intraselular, dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion menerobos membran neuron. Meskipun epilepsi sudah sejak lama dikenal di kala...

contoh penampilan marchingBand SMA